Selain dokter, polisi, atau presiden,
pilot ternyata merupakan cita-cita yang banyak dipilih oleh anak-anak.
Sepertinya imaji menerbangkan pesawat mempunya daya tarik tersendiri bagi
mereka. Tapi beberapa pakar psikologi mengatakan pula bahwa pilihan seorang
anak untuk menjadi pilot sebenarnya secara tidak sadar menggambarkan bahwa
anak-anak ingin diberi kebebasan agar bisa terbang dengan bebas dan bahagia.
Sebenarnya, ketika kecil
anak-anak selalu berlomba-lomba untuk memiliki cita-cita yang terdengar keren.
Mereka tidak memikirkan apa yang terjadi atau apa yang harus dia lakukan jika
ingin mengejar cita-cita itu. Nanti seiring berjalannya waktu, mimpi anak bisa
berubah. Hal ini diakibatkan karena proses diri anak juga semakin berkembang.
Mereka semakin banyak mengenal dunia dan semakin banyak informasi yang
diterimanya. Itulah sebabnya, cita-cita mereka bisa berganti tiap hari. Senin
ingin jadi pilot, Selasa ingin jadi guru, Rabu ingin jadi pegawai Pom Bensin,
Kamis menjadi penari, Jumat menjadi tukang ojek, Sabtu menjadi dokter, dan
Minggu menjadi pemain bola.
Sebenarnya, cita-cita
apapun—selama profesinya positif—itu bagus, tidak ada panduan apapun yamg
mengatakan, misalnya, dokter lebih bagus dari pedagang, atau pilot lebih baik
dari guru, dan seterusnya. Maka sebagai
orang tua, kita lebih baik membebaskan anak memiliki imajinasi tentang
cita-citanya. Dorongan ke arah sana bisa dilakukan jika kita memang merasa
bahwa anak tersebut layak memenuhi syarat, tapi bila pun tidak maka biarkan
anak berkembang sesuai minat dan bakatnya. Karena anak yang dulunya berkata
ingin jadi dokter, bisa jadi ketika besarnya lebih nyaman memilih karir menjadi
penyanyi.
Masalah kerap terjadi saat
orangtua—baik sadar ataupun tidak—malah berperan sebagai supir dan anak menjadi
kendaraan ambisinya. Biasanya karena dulu orangtuanya gagal meraih cita-cita
tertentu maka mereka “memaksa” anak menempuh cita-cita itu dengan alasan
“Menurut kami, inilah yang terbaik untuk kamu!”. Ego orangtua inilah yang
paling harus dijauhi karena seringkali menjadi penghalang anak mencapai
cita-citanya. Tak jarang kita mendapati seorang anak yang stress dan tertekan
karena mengambil bidang yang tak dia sukai di Universitas hanya karena
mengikuti kehendak ayah/ibunya. Akhirnya anak tidak maksimal dalam
menyelesaikan kuliah atau malah putus di tengah jalan.
Padahal, orangtua harus
memilih peran sebagai “Kompas” yang menunjukkan arah kepada anak. Karena tidak
selamanya kita dapat berjalan seiringan dengan anak sambil memegangi tangan
mereka dalam perjalanan hidupnya. Suatu saat kita harus melepas tangan mereka
dan menunjukkan cara dan arah yang tepat agar anak menjadi mandiri, bertanggung
jawab, berkontribusi dan memiliki tujuan hidup yang jelas.[]
======================
Judul: Pilot Masa Depan
Produsen: Hoofla
Kode: HT-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar