Kamis, 07 April 2016

Orangtua, Jadilah Kompas Untuk Cita-Citanya



Selain dokter, polisi, atau presiden, pilot ternyata merupakan cita-cita yang banyak dipilih oleh anak-anak. Sepertinya imaji menerbangkan pesawat mempunya daya tarik tersendiri bagi mereka. Tapi beberapa pakar psikologi mengatakan pula bahwa pilihan seorang anak untuk menjadi pilot sebenarnya secara tidak sadar menggambarkan bahwa anak-anak ingin diberi kebebasan agar bisa terbang dengan bebas dan bahagia.

Sebenarnya, ketika kecil anak-anak selalu berlomba-lomba untuk memiliki cita-cita yang terdengar keren. Mereka tidak memikirkan apa yang terjadi atau apa yang harus dia lakukan jika ingin mengejar cita-cita itu. Nanti seiring berjalannya waktu, mimpi anak bisa berubah. Hal ini diakibatkan karena proses diri anak juga semakin berkembang. Mereka semakin banyak mengenal dunia dan semakin banyak informasi yang diterimanya. Itulah sebabnya, cita-cita mereka bisa berganti tiap hari. Senin ingin jadi pilot, Selasa ingin jadi guru, Rabu ingin jadi pegawai Pom Bensin, Kamis menjadi penari, Jumat menjadi tukang ojek, Sabtu menjadi dokter, dan Minggu menjadi pemain bola.


Sebenarnya, cita-cita apapun—selama profesinya positif—itu bagus, tidak ada panduan apapun yamg mengatakan, misalnya, dokter lebih bagus dari pedagang, atau pilot lebih baik dari guru, dan seterusnya.  Maka sebagai orang tua, kita lebih baik membebaskan anak memiliki imajinasi tentang cita-citanya. Dorongan ke arah sana bisa dilakukan jika kita memang merasa bahwa anak tersebut layak memenuhi syarat, tapi bila pun tidak maka biarkan anak berkembang sesuai minat dan bakatnya. Karena anak yang dulunya berkata ingin jadi dokter, bisa jadi ketika besarnya lebih nyaman memilih karir menjadi penyanyi.

Masalah kerap terjadi saat orangtua—baik sadar ataupun tidak—malah berperan sebagai supir dan anak menjadi kendaraan ambisinya. Biasanya karena dulu orangtuanya gagal meraih cita-cita tertentu maka mereka “memaksa” anak menempuh cita-cita itu dengan alasan “Menurut kami, inilah yang terbaik untuk kamu!”. Ego orangtua inilah yang paling harus dijauhi karena seringkali menjadi penghalang anak mencapai cita-citanya. Tak jarang kita mendapati seorang anak yang stress dan tertekan karena mengambil bidang yang tak dia sukai di Universitas hanya karena mengikuti kehendak ayah/ibunya. Akhirnya anak tidak maksimal dalam menyelesaikan kuliah atau malah putus di tengah jalan.

Padahal, orangtua harus memilih peran sebagai “Kompas” yang menunjukkan arah kepada anak. Karena tidak selamanya kita dapat berjalan seiringan dengan anak sambil memegangi tangan mereka dalam perjalanan hidupnya. Suatu saat kita harus melepas tangan mereka dan menunjukkan cara dan arah yang tepat agar anak menjadi mandiri, bertanggung jawab, berkontribusi dan memiliki tujuan hidup yang jelas.[]

======================
Judul: Pilot Masa Depan
Produsen: Hoofla
Kode: HT-11



Tidak ada komentar:

Posting Komentar